Kamis, 17 Maret 2011

Kisah Habib Berziarah ke Makam Rasulullah SAW

Suatu ketika seorang Habaib dari Hadramaut ingin menunaikan ibadah haji dan berziaroh ke kakeknya Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam. Beliau berangkat dengan diiringi rombongan yang melepas kepergiannya. Seorang Sulton di Hadramaut, kerabat Habib tersebut, menitipkan Al Qur'an buatan tangan yang terkenal keindahannya di Jazirah 'arab pada saat itu untuk disampaikan kepada Raja Saudi.
Sesampai di Saudi, Habib tersebut disambut hangat karena statusnya sebagai tamu negara. Setelah berhaji, beliau ziarah ke makam Rosululloh. Karena tak kuasa menahan kerinduannya kepada Rosululloh, beliau memeluk turbah Rosululloh. Beberapa pejabat negara yang melihat hal tersebut mengingkari hal tersebut dan berusaha mencegahnya sambil berkata, “Ini bid'ah (yang di maksud adalah bid'ah yang sesat -admin) dan dapat membawa kita kepada syirik.” Dengan penuh adab, Habib tersebut menurut dan tak membantah satu kata pun.
Beberapa hari kemudian, Habib tersebut diundang ke jamuan makan malam Raja Saudi. Pada kesempatan itu beliau menyerahkan titipan hadiah Al Quran dari Sulton Hadramaut. Saking girang dan dipenuhi rasa bangga, Raja Saudi mencium Al Qur'an tersebut!. Berkatalah sang Habib, “Jangan kau cium Qur'an tersebut... Itu dapat membawa kita kepada syirik!” Sang raja menjawab, “Bukanlah Al Qur'an ini yang kucium, akan tetapi aku menciumnya karena ini adalah KALAAMULLOH!.”
Habib berkata, “Begitu pula aku, ketika aku mencium turbah Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam, sesungguhnya Rasululullah-lah yang kucium! Sebagaimana seorang sohabat (Ukasyah Rodhiyalloohu 'Anh) ketika menciumi punggung Rosululloh, tak lain adalah karena rasa cinta beliau kepada Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam. Apakah itu syirik?!.
Tercengang sang Raja tak mampu menjawab.
Kemudian Habib tersebut membaca suatu sya'ir yang berbunyi ;
Marortu 'alad diyaari, diyaaro lailah
Uqobbilu dzal jidaari wa dzal jidaaro
Fama hubbud diyaar, syaghofna qolbi
Walaakin hubbu man sakanad diyaro
Kulalui depan rumah laila (sang kekasih)
Kuciumi dinding2 rumahnya
Tidaklah kulakukan itu karena cintaku kepada rumahnya,
Namun karena cintaku kepada si penghuni rumah