Selasa, 18 Januari 2011

Pemikiran Ada Lima Sasaran

Wahai diri,

Sesungguhnya pemikiran itu ada lima sasaran :
1. Berfikir tentang bukti-bukti kebesaran Allah, hal ini dapat menimbulkan Tauhid dan Yaqin.
2. Berfikir tentang anugerah-anugerah Allah, hal ini dalam menumbuhkan Mahabbah dan Syukur.
3. Berfikir tentang janji-janji Allah, ia menumbuhkan kecintaan Hari Akhirat.
4. Berfikir tentang ancaman Allah, ia menimbulkan rasa gentar bermaksiat.
5. Berfikir tentang kekurangan diri sendiri dalam mengabdi, sedangkan terlalu banyak Allah telah memberi kebaikan kepadanya. Ini akan membuahkan rasa malu terhadap Allah.
Semoga engkau dapat memperbanyakkan fikiran seperti ini. Dan semoga masa yang masih tersisa tidaklah dibazirkan dengan memikir perkara yang tidak menguntungkan.
Rujukan : Drs. H. Aliy As'ad. Nasha'ihul 'Ibad, Menara Kudus.

5 Syarat Melakukan Maksiat

Suatu hari ada seorang lelaki yang menemui Ibrahim bin Adham. Dia berkata, “Wahai Aba Ishak! Selama ini aku gemar bermaksiat. Tolong berikan aku nasihat.”

Setelah mendengar perkataan tersebut Ibrahim berkata, “Jika kamu mau menerima lima syarat dan mampu melaksanakannya, maka bolehlah kamu melakukan maksiat.”
Lelaki itu dengan tidak sabar-sabar bertanya, “Apakah syarat-syarat itu, wahai Aba Ishak?”
Ibrahim bin Adham berkata, “Syarat pertama, jika kamu bermaksiat kepada Allah, jangan memakan rezekinya.”
Mendengar itu dia mengernyitkan kening seraya berkata, “Dari mana aku mau makan? Bukankah semua yang ada di bumi ini rezeki Allah?”
“Ya!” tegas Ibrahim bin Adham. “Kalau kamu sudah memahaminya, masih mampukah memakan rezekinya, sedangkan kamu selalu berkeinginan melanggar laranganNya?”
“Yang kedua,” kata Ibrahim, “Kalau mau bermaksiat, jangan tinggal di bumiNya!”
Syarat ini membuat lelaki itu terkejut setengah mati. Ibrahim kembali berkata kepadanya, “Wahai Abdullah, fikirkanlah, apakah kamu layak memakan rezekiNya dan tinggal di bumiNya, sedangkan kamu melanggar segala laranganNya?”
“Ya! Anda benar.” kata lelaki itu.
Dia kemudian menanyakan syarat yang ketiga. Ibrahim menjawab, “Kalau kamu masih mau bermaksiat, carilah tempat tersembunyi yang tidak dapat terlihat olehNya!”
Lelaki itu kembali terperanjat dan berkata, “Wahai Ibrahim, ini nasihat apa? Mana mungkin Allah tidak melihat kita?”
“Ya, kalau memang yakin demikian, apakah kamu masih berkeinginan melakukan maksiat?” kata Ibrahim.
Lelaki itu mengangguk dan meminta syarat yang keempat. Ibrahim melanjutkan, “Kalau malaikat maut datang hendak mencabut rohmu, katakanlah kepadanya; Tangguhkan kematianku dulu. Aku masih mau bertaubat dan melakukan amal soleh.”
Kemudian lelaki itu menggelengkan kepala dan segera tersadar, “Wahai Ibrahim, mana mungkin malaikat maut akan memenuhi permintaanku?”
“Wahai Abdullah, kalau kamu sudah meyakini bahwa kamu tidak boleh menunda dan mengundurkan datangnya kematianmu, lalu bagaimana engkau bisa lari dari kemurkaan Allah?”
“Baiklah, apa syarat yang kelima?”
Ibrahim pun menjawab, “Wahai Abdullah kalau malaikat Zabaniyah datang hendak mengiringmu ke api neraka di hari kiamat nanti, jangan engkau ikut bersamanya.”
Perkataan tersebut membuat lelaki itu insaf. Dia berkata, “Wahai Aba Ishak, sudah pasti malaikat itu tidak membiarkan aku menolak kehendaknya.”
Dia tidak tahan lagi mendengar perkataan Ibrahim. Air matanya bercucuran. “Mulai saat ini aku bertaubat kepada Allah.” katanya sambil terisak-isak.
Allahu a’lam bisshawab.
Posted by D4mir3 at Sunday, April 18, 2010

Senin, 17 Januari 2011

Merantaulah - Imam Syafi'i Rahimahullah

Orang pandai dan beradab tak kan diam di kampung halaman Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang Pergilah ‘kan kau dapatkan pengganti dari kerabat dan teman Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang Aku melihat air yang diam menjadi rusak karena diam tertahan Jika mengalir menjadi jernih jika tidak dia ‘kan keruh menggenang Singa tak kan pernah memangsa jika tak tinggalkan sarang Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak kan kena sasaran Jika saja matahari di orbitnya tak bergerak dan terus diam Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang Rembulan jika terus-menerus purnama sepanjang zaman Orang-orang tak kan menunggu saat munculnya datang Biji emas bagai tanah biasa sebelum digali dari tambang Setelah diolah dan ditambang manusia ramai memperebutkan Kayu gahru tak ubahnya kayu biasa di dalam hutan Jika dibawa ke kota berubah mahal jadi incaran hartawan… Oleh: Imam Al-Syafi’i Rahimahullah…