Senin, 02 Mei 2011

Seorang yang Berdosa


 Seorang ulama salaf berkata
"Setiap seorang hamba berbuat dosa, bumi tempat ia berdiri meminta keizinan Tuhan untuk membenamkannya dan langit yang di atas kepalanya memohon izin untuk gugur menimpanya."Tetapi Tuhan berfirman pada langit dan bumi itu,
"Tahanlah bahaya untuk hamba-Ku itu dan beri dia waktu. Mungkin dia bertaubat pada-Ku lalu Aku ampunkan dan mungkin saja dia menggantikan kerja buruknya dengan amalan yang baik lalu Aku gantikan dosanya dengan pahala."
Itulah yang dimaksudkan dengan firman Allah : Terjemahannya : Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi dari terjatuh dan kalau keduanya terjatuh tiada seorang pun yang akan bisa menahan selain Dia. (Faathir : 41)

Keyakinan dan Ketegugan


Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Sekurang-kurangnya (hati) mu mesti berisi keyakinan dan keteguhan dalam bersabar. Siapa yang mendapatkan kedua hal itu, tidak mengapa baginya bila kadang-kadang lalai dalam mengerjakan shalat sunat di malam hari dan puasa sunat di siang hari."
"Orang-orang sabar dalam keadaan itu lebih disukai. Aku khawatir sepeninggalku dunia akan terbuka luas di depanmu, lalu masing-masing bersifat nafsi-nafsi, engkau-engkau, aku-aku dan kamu tidak kenal lagi penduduk langit. Di waktu itu siapa yang sabar dan ikhlas akan memenangkan pahala yang selengkapnya."
Firman Allah : Terjemahannya : Apa yang ada pada kamu akan habis dan apa yang di sisi Allah akan kekal dan akan Kami beri tambahan pahala pada orang-orang yang sabar dalam apa yang mereka lakukan. (An Nahl: 96)

Pentingnya Beramal dengan Ikhlas

Dari Muadz radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :"Puji syukur ke hadrat Allah subhanahu wa ta’ala yang menghendaki agar makhluk-Nya menurut kehendak-Nya, wahai Muadz!" Jawabku, "Ya, Sayidil Mursalin."
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, "Sekarang aku akan menceritakan sesuatu kepadamu yang apabila engkau hafalkan (diambil perhatian) olehmu akan berguna tetapi kalau engkau lupakan (tidak dipedulikan) olehmu maka kamu tidak akan mempunyai alasan di hadapan Allah kelak."
"Hai Muaz, Allah itu menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dari bumi. Setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu langit dan tiap-tiap pintu langit dijaga oleh malaikat penjaga pintu menurut ukuran pintu dan keagungannya."
"Maka malaikat yang memelihara amalan si hamba (malaikat hafazah) akan naik ke langit membawa amal itu ke langit pertama. Penjaga langit pertama akan berkata kepada malaikat Hafadzah,"Saya penjaga tukang mengumpat. Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena saya diperintahkan untuk tidak menerima amalan tukang mengumpat".
"Esoknya, naik lagi malaikat Hafazah membawa amalan si hamba. Di langit kedua penjaga pintunya berkata,"Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya sebab dia beramal karena mengharapkan keduniaan. Allah memerintahkan supaya amalan itu ditahan jangan sampai lepas ke langit yang lain."
"Kemudian naik lagi malaikat Hafadzah ke langit ketiga membawa amalan yang sungguh indah. Penjaga langit ketiga berkata, "Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena dia seorang yang sombong."
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meneruskan sabdanya, "Berikutnya malaikat Hafadzah membawa lagi amalan si hamba ke langit keempat. Lalu penjaga langit itu berkata,"Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya. Dia seorang yang ujub. Allah memerintahkan aku menahan amalan si ujub."
Seterusnya amalan si hamba yang lulus ke langit kelima dalam keadaan bercahaya-cahaya dengan jihad, haji, umrah dan lain-lain. Tetapi di pintu langit penjaganya berkata,"Itu adalah amalan tukang hasad. Dia sangat benci pada nikmat yang Allah berikan pada hamba-Nya. Dia tidak redha dengan kehendak Allah. Sebab itu Allah perintahkan amalannya dilemparkan kembali ke mukanya. Allah tidak terima amalan pendengki dan hasad."
Di langit keenam, penjaga pintu akan berkata,"Saya penjaga rahmat. Saya diperintahkan untuk melemparkan kembali amalan yang indah itu ke muka pemiliknya karena dia tidak pernah mengasihi orang lain. Kalau orang dapat musibah dia merasa senang. Sebab itu amalan itu jangan melintasi langit ini."
“Malaikat Hafadzah naik lagi membawa amalan si hamba yang dapat lepas hingga ke langit ketujuh. Cahayanya bagaikan kilat, suaranya bergemuruh. Di antara amalan itu ialah shalat, puasa, sedekah, jihad, warak dan lain-lain.”
Tetapi penjaga pintu langit berkata,"Saya ini penjaga sum’ah (ingin kemasyhuran). Sesungguhnya si hamba ini ingin termasyhur dalam kelompoknya dan selalu ingin tinggi di saat berkumpul dengan kawan-kawan yang sebaya dan ingin mendapat pengaruh dari para pemimpin. Allah memerintahkan padaku agar amalan itu jangan melintasiku. Tiap-tiap amalan yang tidak bersih karena Allah maka itulah riya'. Allah tidak akan menerima dan mengabulkan orang-orang yang riya'."
Kemudian malaikat Hafadzah itu naik lagi dengan membawa amal hamba yakni shalat, puasa, zakat, haji, umrah, akhlak yang baik dan mulia serta zikir pada Allah. Amalan itu diiringi malaikat ke langit ketujuh hingga melintasi hijab-hijab dan sampailah ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala. Semua malaikat berdiri di hadapan Allah dan semua menyaksikan amalan itu sebagai amalan soleh yang betul-betul ikhlas untuk Allah.
Tetapi firman Tuhan,"Hafadzah sekalian, pencatat amal hamba-Ku, Aku adalah pemilik hatinya dan Aku lebih mengetahui apa yang dimaksudkan oleh hamba-Ku ini dengan amalannya. Dia tidak ikhlas pada-Ku dengan amalannya. Dia menipu orang lain, menipu kamu (malaikat Hafadzah) tetapi tidak bisa menipu Aku. Aku adalah Maha Mengetahui."
"Aku melihat segala isi hati dan tidak akan terlindung bagi-Ku apa saja yang terlindung. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi adalah sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yang bakal terjadi."
"Pengetahuan-Ku atas orang yang terdahulu adalah sama dengan Pengetahuan-Ku atas orang-orang yang datang kemudian. Kalau begitu bagaimana hamba-Ku ini menipu Aku dengan amalannya ini?"
"Laknat-Ku tetap padanya."
Dan ketujuh-tujuh malaikat beserta 3000 malaikat yang mengiringinya pun berkata:
"Ya Tuhan, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami sekalian bagi mereka."
Dan semua yang di langit turut berkata,"Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknat orang yang melaknat."
Muadz (yang meriwayatkan hadist ini) kemudian menangis terisak-isak dan berkata, "Ya Rasulullah, bagaimana aku dapat selamat dari apa yang diceritakan ini?" Sabda Rasulullah SAW, "Hai Muadz, ikutilah Nabimu dalam soal keyakinan."
Muadz bertanya kembali,"Ya, tuan ini Rasulullah sedangkan saya ini hanyalah si Muadz bin Jabal, bagaimana saya dapat selamat dan bisa lepas dari bahaya tersebut?"
Bersabda Rasulullah, "Ya begitulah, kalau dalam amalanmu ada kelalaian maka tahanlah lidahmu jangan sampai memburukkan orang lain. Ingatlah dirimu sendiri pun penuh dengan aib maka janganlah mengangkat diri dan menekan orang lain."
"Jangan riya' dengan amal supaya amal itu diketahui orang. Jangan termasuk orang yang mementingkan dunia dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik berdua ketika disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik. Jangan takabur pada orang lain nanti luput amalanmu dunia dan akhirat dan jangan berkata kasar dalam suatu majlis dengan maksud supaya orang takut padamu, jangan mengungkit-ungkit apabila membuat kebaikan, jangan mengoyak perasaan orang lain dengan mulutmu, karena kelak engkau akan dikoyak-koyak oleh anjing-anjing neraka jahanam."
Sebagaimana firman Allah yang bermaksud,"Di neraka itu ada anjing-anjing yang mengoyak badan manusia."
Muadz berkata, "Ya Rasulullah, siapa yang tahan menanggung penderitaan semacam itu?"
Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, "Muadz, yang kami ceritakan itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Cukuplah untuk menghindari semua itu, kamu menyayangi orang lain sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri dan benci bila sesuatu yang dibenci olehmu terjadi pada orang lain. Kalau begitu kamu akan selamat dan dirimu pasti akan terhindar dari api neraka."

Pentingnya Beramal dengan Ikhlas


Dari Muadz radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :"Puji syukur ke hadrat Allah subhanahu wa ta’ala yang menghendaki agar makhluk-Nya menurut kehendak-Nya, wahai Muadz!" Jawabku, "Ya, Sayidil Mursalin."
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, "Sekarang aku akan menceritakan sesuatu kepadamu yang apabila engkau hafalkan (diambil perhatian) olehmu akan berguna tetapi kalau engkau lupakan (tidak dipedulikan) olehmu maka kamu tidak akan mempunyai alasan di hadapan Allah kelak."
"Hai Muaz, Allah itu menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dari bumi. Setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu langit dan tiap-tiap pintu langit dijaga oleh malaikat penjaga pintu menurut ukuran pintu dan keagungannya."
"Maka malaikat yang memelihara amalan si hamba (malaikat hafazah) akan naik ke langit membawa amal itu ke langit pertama. Penjaga langit pertama akan berkata kepada malaikat Hafadzah,"Saya penjaga tukang mengumpat. Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena saya diperintahkan untuk tidak menerima amalan tukang mengumpat".
"Esoknya, naik lagi malaikat Hafazah membawa amalan si hamba. Di langit kedua penjaga pintunya berkata,"Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya sebab dia beramal karena mengharapkan keduniaan. Allah memerintahkan supaya amalan itu ditahan jangan sampai lepas ke langit yang lain."
"Kemudian naik lagi malaikat Hafadzah ke langit ketiga membawa amalan yang sungguh indah. Penjaga langit ketiga berkata, "Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena dia seorang yang sombong."
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meneruskan sabdanya, "Berikutnya malaikat Hafadzah membawa lagi amalan si hamba ke langit keempat. Lalu penjaga langit itu berkata,"Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya. Dia seorang yang ujub. Allah memerintahkan aku menahan amalan si ujub."
Seterusnya amalan si hamba yang lulus ke langit kelima dalam keadaan bercahaya-cahaya dengan jihad, haji, umrah dan lain-lain. Tetapi di pintu langit penjaganya berkata,"Itu adalah amalan tukang hasad. Dia sangat benci pada nikmat yang Allah berikan pada hamba-Nya. Dia tidak redha dengan kehendak Allah. Sebab itu Allah perintahkan amalannya dilemparkan kembali ke mukanya. Allah tidak terima amalan pendengki dan hasad."
Di langit keenam, penjaga pintu akan berkata,"Saya penjaga rahmat. Saya diperintahkan untuk melemparkan kembali amalan yang indah itu ke muka pemiliknya karena dia tidak pernah mengasihi orang lain. Kalau orang dapat musibah dia merasa senang. Sebab itu amalan itu jangan melintasi langit ini."
“Malaikat Hafadzah naik lagi membawa amalan si hamba yang dapat lepas hingga ke langit ketujuh. Cahayanya bagaikan kilat, suaranya bergemuruh. Di antara amalan itu ialah shalat, puasa, sedekah, jihad, warak dan lain-lain.”
Tetapi penjaga pintu langit berkata,"Saya ini penjaga sum’ah (ingin kemasyhuran). Sesungguhnya si hamba ini ingin termasyhur dalam kelompoknya dan selalu ingin tinggi di saat berkumpul dengan kawan-kawan yang sebaya dan ingin mendapat pengaruh dari para pemimpin. Allah memerintahkan padaku agar amalan itu jangan melintasiku. Tiap-tiap amalan yang tidak bersih karena Allah maka itulah riya'. Allah tidak akan menerima dan mengabulkan orang-orang yang riya'."
Kemudian malaikat Hafadzah itu naik lagi dengan membawa amal hamba yakni shalat, puasa, zakat, haji, umrah, akhlak yang baik dan mulia serta zikir pada Allah. Amalan itu diiringi malaikat ke langit ketujuh hingga melintasi hijab-hijab dan sampailah ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala. Semua malaikat berdiri di hadapan Allah dan semua menyaksikan amalan itu sebagai amalan soleh yang betul-betul ikhlas untuk Allah.
Tetapi firman Tuhan,"Hafadzah sekalian, pencatat amal hamba-Ku, Aku adalah pemilik hatinya dan Aku lebih mengetahui apa yang dimaksudkan oleh hamba-Ku ini dengan amalannya. Dia tidak ikhlas pada-Ku dengan amalannya. Dia menipu orang lain, menipu kamu (malaikat Hafadzah) tetapi tidak bisa menipu Aku. Aku adalah Maha Mengetahui."
"Aku melihat segala isi hati dan tidak akan terlindung bagi-Ku apa saja yang terlindung. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi adalah sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yang bakal terjadi."
"Pengetahuan-Ku atas orang yang terdahulu adalah sama dengan Pengetahuan-Ku atas orang-orang yang datang kemudian. Kalau begitu bagaimana hamba-Ku ini menipu Aku dengan amalannya ini?"
"Laknat-Ku tetap padanya."
Dan ketujuh-tujuh malaikat beserta 3000 malaikat yang mengiringinya pun berkata:
"Ya Tuhan, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami sekalian bagi mereka."
Dan semua yang di langit turut berkata,"Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknat orang yang melaknat."
Muadz (yang meriwayatkan hadist ini) kemudian menangis terisak-isak dan berkata, "Ya Rasulullah, bagaimana aku dapat selamat dari apa yang diceritakan ini?" Sabda Rasulullah SAW, "Hai Muadz, ikutilah Nabimu dalam soal keyakinan."
Muadz bertanya kembali,"Ya, tuan ini Rasulullah sedangkan saya ini hanyalah si Muadz bin Jabal, bagaimana saya dapat selamat dan bisa lepas dari bahaya tersebut?"
Bersabda Rasulullah, "Ya begitulah, kalau dalam amalanmu ada kelalaian maka tahanlah lidahmu jangan sampai memburukkan orang lain. Ingatlah dirimu sendiri pun penuh dengan aib maka janganlah mengangkat diri dan menekan orang lain."
"Jangan riya' dengan amal supaya amal itu diketahui orang. Jangan termasuk orang yang mementingkan dunia dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik berdua ketika disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik. Jangan takabur pada orang lain nanti luput amalanmu dunia dan akhirat dan jangan berkata kasar dalam suatu majlis dengan maksud supaya orang takut padamu, jangan mengungkit-ungkit apabila membuat kebaikan, jangan mengoyak perasaan orang lain dengan mulutmu, karena kelak engkau akan dikoyak-koyak oleh anjing-anjing neraka jahanam."
Sebagaimana firman Allah yang bermaksud,"Di neraka itu ada anjing-anjing yang mengoyak badan manusia."
Muadz berkata, "Ya Rasulullah, siapa yang tahan menanggung penderitaan semacam itu?"
Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, "Muadz, yang kami ceritakan itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Cukuplah untuk menghindari semua itu, kamu menyayangi orang lain sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri dan benci bila sesuatu yang dibenci olehmu terjadi pada orang lain. Kalau begitu kamu akan selamat dan dirimu pasti akan terhindar dari api neraka."

Surat dari Aisyah radhiyallahu anha untuk Khalifah Muawiyah :


Aku dengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Siapa yang mengusahakan keredhaan Allah sampai manusia kesal kepadanya, ia akan dibantu Allah dalam menghadapi manusia. Dan siapa yang tidak menghiraukan Allah agar disenangi manusia nasibnya akan diserahkan Allah pada manusia."
Oleh itu tetaplah hati tuan dalam takut pada Allah karena bila tuan takut pada Allah, Dia akan membantumu terhadap manusia. Tetapi kalau tuan takut pada manusia mereka tidak akan dapat menolongmu terhadap Allah sedikit pun."
Barangsiapa yang membereskan hubungan antara dirinya dengan Allah, niscaya Allah akan membereskan hubungan antara dia dan manusia semuanya. Barangsiapa yang membereskan urusan akheratnya, niscaya Allah akan membereskan baginya urusan dunianya. Barangsiapa yang selalu menjadi penasehat yang baik untuk dirinya sendiri, niscaya Allah akan menjaganya dari segala bencana.

Kata Hikmah Imam Madzhab


Sufyan Ats Tsauri rahimahullah
1.       Tidak ada ketaatan bagi kedua ibu-bapak pada perkara syubhat.
2.       Sesungguhnya seorang lelaki itu berharta bila dia zuhud di dunia, dan sesungguhnya seorang itu adalah fakir bila dia gemar pada dunia.
3.       Menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunat.

Imam Syafi’i rahimahullah
1.       Barangsiapa menghendaki akhirat wajib baginya ikhlas pada ilmu.
2.       Tidak ada sesuatu yang lebih indah pada ulama kecuali dengan kefakiran dan mencukupi dengan apa yang ada serta redha dengan keduanya.
3.       Hendaklah kamu berilmu pengetahuan sebelum kamu menjadi ketua, sebab sesudah kamu menjadi ketua, tidak ada jalan lagi bagimu untuk mencari pengetahuan. Orang yang berakal itu adalah orang yang akalnya dapat mengawal segala sifat-sifat mazmumah (sifat keji). Barangsiapa yang menyukai bila Allah menutupinya dengan kebaikan maka hendaklah dia bersangka baik terhadap manusia.

Imam Malik rahimahullah
1.       Ilmu itu bukanlah dengan membanyakkan riwayat tetapi ilmu itu adalah cahaya yang Allah letakkan dalam hati.
2.       Apabila seseorang itu memuji dirinya maka hilanglah cahayanya.
3.       Wajib bagi orang yang menuntut ilmu untuk memiliki kebesaran, ketenangan dan ketakutan.

Imam Hanafi rahimahullah
1.       Tidak sekalipun aku shalat kecuali aku doakan untuk guruku Hammad dan juga mereka yang pernah mengajarku serta mereka yang pernah aku ajar (murid-muridnya).
2.       Aku telah 50 tahun bergaul dengan manusia. Tidak kudapati seorangpun yang mengampunkan kesalahanku. Tidak ada yang menghubungi aku ketika aku memutuskan hubungan dengannya. Tidak ada yang menutup keaibanku dan aku tidak akan merasa aman darinya bila dia murka kepadaku. Maka yang lebih mereka bimbangkan adalah perkara yang besar-besar.
3.       Telah sampai berita kepadaku, bahwa tidak ada yang lebih mulia daripada seorang alim yang wara’.

Imam Hambali rahimahullah
Jangan kamu mengambil ilmu dari orang yang mengambil benda dunia di atas ilmunya.

Sufyan bin Uyainah rahimahullah
1.    Dua perkara yang susah sekali untuk mengobatinya yaitu meninggalkan loba (tamak) untuk manusia dan mengikhlaskan amal untuk Allah.
2.    Siapa yang ditambah akalnya maka kuranglah rezekinya.
3.    Zuhud di dunia itu adalah sabar dan menunggu-nunggu kedatangan mati.
4.    Ilmu itu jika tidak memberi manfaat padamu maka akan memberi mudarat padamu.
5.    Orang yang menuntut ilmu tidak akan dianggap sebagai orang yang berakal hingga dia melihat dirinya lebih hina dari sekalian manusia.

Kata Hikmah Khulafaur Rasyidin

Abubakar radhiyallahu anhu
1.       Sesungguhnya seorang hamba itu bila merasa ujub karena suatu perhiasan dunia, niscaya Allah akan murka kepadanya hingga dia melepaskan perhiasan itu.
2.       Semoga aku menjadi pohon yang ditebang kemudian digunakan.
3.       Dia berkata kepada para sahabat,"Sesungguhnya aku telah mengatur urusan kamu, tetapi aku bukanlah orang yang paling baik di kalangan kamu maka berilah pertolongan kepadaku. Kalau aku bertindak lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng maka betulkan aku!" 

Umar radhiyallahu anhu
1.    Jika tidak karena takut dihisab, sesungguhnya aku akan perintahkan membawa seekor kambing, kemudian dipanggang untuk kami di depan pembakar roti.
2.    Barangsiapa takut kepada Allah SWT niscaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki.
3.    Wahai Tuhan, janganlah Engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad SAW di atas tanganku. Wahai Tuhanku, umurku telah lanjut dan kekuatanku telah lemah. Maka genggamkan (matikan) aku untukMu bukan untuk manusia.

Ali karramallahu wajhah
1.   Cukuplah bila aku merasa mulia karena Engkau sebagai Tuhan bagiku dan cukuplah bila aku bangga bahwa aku menjadi hamba bagiMu. Engkau bagiku sebagaimana yang aku cintai, maka berilah aku taufik sebagaimana yang Engkau cintai.
2. Hendaklah kamu lebih memperhatikan tentang bagaimana amalan itu diterima daripada banyak beramal, karena sesungguhnya terlalu sedikit amalan yang disertai takwa. Bagaimanakah amalan itu hendak diterima? Janganlah seseorang hamba itu mengharap selain kepada Tuhannya dan janganlah dia takut selain kepada dosanya.
3.       Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya.

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah
1.       Orang yang bertakwa itu dikekang.
2.       Sesungguhnya syubhat itu pada yang halal.
3.       Kemaafan yang utama itu adalah ketika berkuasa.

Dialog Nabi Ya’kub ‘alaihis salam dengan Allah


Allah bertanya kepada Nabi Ya’kub ‘alaihis salam,"Tahukah kamu kenapa Kupisahkan engkau dengan puteramu Yusuf?"
"Tidak, ya Tuhanku," jawab Nabi Ya’kub ‘alaihis salam.
Allah menjawab,"Yaitu karena kata-katamu yang mengatakan, "Aku takut karena dia akan dimakan serigala waktu kamu (saudara-saudara Yusuf) lalai bermain-main", Kenapa engkau bimbang pada serigala tetapi tidak menyatakan harapan pada-Ku? Engkau hanya memandang kelalaian saudara-saudaranya saja tapi engkau tidak memandang perlindungan-Ku terhadapnya (Yusuf)."
 Kemudian Allah bertanya lagi pada Nabi Ya’kub ‘alaihis salam, "Tahukah kamu kenapa Yusuf Aku kembalikan padamu?"
"Tidak, ya Tuhanku," jawab Nabi Ya’kub ‘alaihis salam.
Allah menjawab,”Juga karena kata-katamu, "Semoga Allah akan mengembalikan semua padaku". Dan karena kata-katamu, "Pergilah untuk mencari Yusuf dan adiknya dan janganlah kamu berputus asa."

Kamis, 17 Maret 2011

Kisah Habib Berziarah ke Makam Rasulullah SAW

Suatu ketika seorang Habaib dari Hadramaut ingin menunaikan ibadah haji dan berziaroh ke kakeknya Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam. Beliau berangkat dengan diiringi rombongan yang melepas kepergiannya. Seorang Sulton di Hadramaut, kerabat Habib tersebut, menitipkan Al Qur'an buatan tangan yang terkenal keindahannya di Jazirah 'arab pada saat itu untuk disampaikan kepada Raja Saudi.
Sesampai di Saudi, Habib tersebut disambut hangat karena statusnya sebagai tamu negara. Setelah berhaji, beliau ziarah ke makam Rosululloh. Karena tak kuasa menahan kerinduannya kepada Rosululloh, beliau memeluk turbah Rosululloh. Beberapa pejabat negara yang melihat hal tersebut mengingkari hal tersebut dan berusaha mencegahnya sambil berkata, “Ini bid'ah (yang di maksud adalah bid'ah yang sesat -admin) dan dapat membawa kita kepada syirik.” Dengan penuh adab, Habib tersebut menurut dan tak membantah satu kata pun.
Beberapa hari kemudian, Habib tersebut diundang ke jamuan makan malam Raja Saudi. Pada kesempatan itu beliau menyerahkan titipan hadiah Al Quran dari Sulton Hadramaut. Saking girang dan dipenuhi rasa bangga, Raja Saudi mencium Al Qur'an tersebut!. Berkatalah sang Habib, “Jangan kau cium Qur'an tersebut... Itu dapat membawa kita kepada syirik!” Sang raja menjawab, “Bukanlah Al Qur'an ini yang kucium, akan tetapi aku menciumnya karena ini adalah KALAAMULLOH!.”
Habib berkata, “Begitu pula aku, ketika aku mencium turbah Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam, sesungguhnya Rasululullah-lah yang kucium! Sebagaimana seorang sohabat (Ukasyah Rodhiyalloohu 'Anh) ketika menciumi punggung Rosululloh, tak lain adalah karena rasa cinta beliau kepada Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam. Apakah itu syirik?!.
Tercengang sang Raja tak mampu menjawab.
Kemudian Habib tersebut membaca suatu sya'ir yang berbunyi ;
Marortu 'alad diyaari, diyaaro lailah
Uqobbilu dzal jidaari wa dzal jidaaro
Fama hubbud diyaar, syaghofna qolbi
Walaakin hubbu man sakanad diyaro
Kulalui depan rumah laila (sang kekasih)
Kuciumi dinding2 rumahnya
Tidaklah kulakukan itu karena cintaku kepada rumahnya,
Namun karena cintaku kepada si penghuni rumah

Selasa, 18 Januari 2011

Pemikiran Ada Lima Sasaran

Wahai diri,

Sesungguhnya pemikiran itu ada lima sasaran :
1. Berfikir tentang bukti-bukti kebesaran Allah, hal ini dapat menimbulkan Tauhid dan Yaqin.
2. Berfikir tentang anugerah-anugerah Allah, hal ini dalam menumbuhkan Mahabbah dan Syukur.
3. Berfikir tentang janji-janji Allah, ia menumbuhkan kecintaan Hari Akhirat.
4. Berfikir tentang ancaman Allah, ia menimbulkan rasa gentar bermaksiat.
5. Berfikir tentang kekurangan diri sendiri dalam mengabdi, sedangkan terlalu banyak Allah telah memberi kebaikan kepadanya. Ini akan membuahkan rasa malu terhadap Allah.
Semoga engkau dapat memperbanyakkan fikiran seperti ini. Dan semoga masa yang masih tersisa tidaklah dibazirkan dengan memikir perkara yang tidak menguntungkan.
Rujukan : Drs. H. Aliy As'ad. Nasha'ihul 'Ibad, Menara Kudus.

5 Syarat Melakukan Maksiat

Suatu hari ada seorang lelaki yang menemui Ibrahim bin Adham. Dia berkata, “Wahai Aba Ishak! Selama ini aku gemar bermaksiat. Tolong berikan aku nasihat.”

Setelah mendengar perkataan tersebut Ibrahim berkata, “Jika kamu mau menerima lima syarat dan mampu melaksanakannya, maka bolehlah kamu melakukan maksiat.”
Lelaki itu dengan tidak sabar-sabar bertanya, “Apakah syarat-syarat itu, wahai Aba Ishak?”
Ibrahim bin Adham berkata, “Syarat pertama, jika kamu bermaksiat kepada Allah, jangan memakan rezekinya.”
Mendengar itu dia mengernyitkan kening seraya berkata, “Dari mana aku mau makan? Bukankah semua yang ada di bumi ini rezeki Allah?”
“Ya!” tegas Ibrahim bin Adham. “Kalau kamu sudah memahaminya, masih mampukah memakan rezekinya, sedangkan kamu selalu berkeinginan melanggar laranganNya?”
“Yang kedua,” kata Ibrahim, “Kalau mau bermaksiat, jangan tinggal di bumiNya!”
Syarat ini membuat lelaki itu terkejut setengah mati. Ibrahim kembali berkata kepadanya, “Wahai Abdullah, fikirkanlah, apakah kamu layak memakan rezekiNya dan tinggal di bumiNya, sedangkan kamu melanggar segala laranganNya?”
“Ya! Anda benar.” kata lelaki itu.
Dia kemudian menanyakan syarat yang ketiga. Ibrahim menjawab, “Kalau kamu masih mau bermaksiat, carilah tempat tersembunyi yang tidak dapat terlihat olehNya!”
Lelaki itu kembali terperanjat dan berkata, “Wahai Ibrahim, ini nasihat apa? Mana mungkin Allah tidak melihat kita?”
“Ya, kalau memang yakin demikian, apakah kamu masih berkeinginan melakukan maksiat?” kata Ibrahim.
Lelaki itu mengangguk dan meminta syarat yang keempat. Ibrahim melanjutkan, “Kalau malaikat maut datang hendak mencabut rohmu, katakanlah kepadanya; Tangguhkan kematianku dulu. Aku masih mau bertaubat dan melakukan amal soleh.”
Kemudian lelaki itu menggelengkan kepala dan segera tersadar, “Wahai Ibrahim, mana mungkin malaikat maut akan memenuhi permintaanku?”
“Wahai Abdullah, kalau kamu sudah meyakini bahwa kamu tidak boleh menunda dan mengundurkan datangnya kematianmu, lalu bagaimana engkau bisa lari dari kemurkaan Allah?”
“Baiklah, apa syarat yang kelima?”
Ibrahim pun menjawab, “Wahai Abdullah kalau malaikat Zabaniyah datang hendak mengiringmu ke api neraka di hari kiamat nanti, jangan engkau ikut bersamanya.”
Perkataan tersebut membuat lelaki itu insaf. Dia berkata, “Wahai Aba Ishak, sudah pasti malaikat itu tidak membiarkan aku menolak kehendaknya.”
Dia tidak tahan lagi mendengar perkataan Ibrahim. Air matanya bercucuran. “Mulai saat ini aku bertaubat kepada Allah.” katanya sambil terisak-isak.
Allahu a’lam bisshawab.
Posted by D4mir3 at Sunday, April 18, 2010

Senin, 17 Januari 2011

Merantaulah - Imam Syafi'i Rahimahullah

Orang pandai dan beradab tak kan diam di kampung halaman Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang Pergilah ‘kan kau dapatkan pengganti dari kerabat dan teman Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang Aku melihat air yang diam menjadi rusak karena diam tertahan Jika mengalir menjadi jernih jika tidak dia ‘kan keruh menggenang Singa tak kan pernah memangsa jika tak tinggalkan sarang Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak kan kena sasaran Jika saja matahari di orbitnya tak bergerak dan terus diam Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang Rembulan jika terus-menerus purnama sepanjang zaman Orang-orang tak kan menunggu saat munculnya datang Biji emas bagai tanah biasa sebelum digali dari tambang Setelah diolah dan ditambang manusia ramai memperebutkan Kayu gahru tak ubahnya kayu biasa di dalam hutan Jika dibawa ke kota berubah mahal jadi incaran hartawan… Oleh: Imam Al-Syafi’i Rahimahullah…